Welcome to my blog

blog pemula maaf kalo banyak kekurangannya
^^

Sabtu, 27 November 2010

J U J U R

Kita sering menganggap jujur adalah sebuah atribut , salah satu aspek kepribadian. Banyak lembaga dan organisasi yang melaksankan assessment, memberi intruksi pada kami untuk secara mendalam ‘memeriksa’kejujuran karyawan atau calon karyawannya. Sebagai salah satu aspek kepribadian, kita bisa mengecek kejujuran dengan mengkaitkannya pada tidak bersedia atau tidak pernahnya seseorang melakukan korupsi. Kecurangan dalam melakukan pekerjannya. Pertanyaannya, apakah hanya sebatas lingkup itu saja yang dimaksudkan dengan “kejujuran”?
Mungkin sejak kanak-kanak sampai hari ini, sudah ratusan bahkan ribuan kali kita mendengar nasihat untuk bersikap dan bertidak jujur. Pesan ini bisa menjadi terlalu sederhana dan bila kita tidak hati-hati akan lewt begitu saja, terlupakan. Namun, bila kita mau hening sejenak dan memikirkanya, nasihat ini bisa jadi akan mengubah seluruh pandangan dan bahkan makna hidup kita. Bukankah kita akan merasa lega luar biasa bila bis berkata jujur? Bukankah kita menydari bahwa sikap jujur terkadang mengandung kekuatan internal yang meyebabkan kita tidak tergoyahkan bahkan bisa nekad dan mempunyai sikap nothing to loose? Bkankah kita baru bisa menepuk dada, menerima diri, mengatasi frustasi, menghargai anugerah hidup saat kita jujur pada diri sendiri, lingkungan, organisasi dan bangsa?
Kejujuran : “work in progress”
Pertanyaan ; “apakah saya 100% jujur?”, bisa serta merta kita jawab dengan ‘tidak’. Kita tentu pernah melanggar lampu lalu lintas, menyontek, membebankan pengeluaran pribadi pada perusahaan atau menambah-nambahi prestasi dalam presentasi atau curriculum vitae kita. Namun, kita pastinya akan lebih menjaga sikap dan tindakan kita saat ada di depan anak, cucu atau bawahan, karena sebagai manusia yang sehat kita tentunya ingin mengajarkan kejujuran dan mewariskan nilai-nilai luhur pada orang-orang yang kita cintai. Ini membuktuikan bahwa kita memang mampu mengatur pendekatan kita, baik rasional maupun emosional terhadap situasi. Jujur tidaknya bisa langsung kita rasakan dan monitor sendiri. Kejujuran bukanlah sesuatu yang ada jauh di dasar kepribadian kita, sampai tidak bisa dilacak. Semua gerak, ekspresi dan keputusan kita bisa memperlihatkan kejujuran dengan gamblang.
Kejujuran memang nilai yang tidak bisa dianggap statis, ia berkembang sejalan dengan konflik dan kompleksitas situasi. Control diri dan transparansilah yang akan membantu kita untuk menghindari perbuatan yang jauh dari kejujuran. Individu, apalgi pimpinan harus menyadari bahwa dialah yang perlu menciptakan sistem trasnparansi disekitarnya agar perjalanan nilai kejujurannya tetap berkembang. Bila dalam situasi yang berat, seorang pemimpin tetap bisa menunjukkan komitmen, bisa dipercaya, dan loyal, kita lihat ia akan ‘naik peringkat’ dalam kualitas kejujurannya.
Kejujuran tampaknya perlu menjadi sasaran hidup seorang individu, apalagi pemimpin, karena ini adalah modal utama dalam pengambilan keputusan dan menjadi perisai yang ampuh dalam kancah politik. Hanya dengan kekuatan inilah seorang pemimpin tidak bisa tergoyah ‘self esteem’-nya dan akan dikenal luas dengan penuh respek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar