Perbedaan penggunaan EYD pada koran yang BERBEDA HARGA !!!!
Wamendikbud: Sarjana Jangan Tunggu Jadi PNS(pendidikan)
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan Musliar Kasim mengimbau agar lulusan perguruan tinggi tidak diam dan menunggu terbukanya lowongan menjadi Pegawai Negeri Sipil.
Imbauan itu disampaikannya mengingat saat ini pemerintah masih melakukan moratorium atau pembatasan penerimaan menjadi aparatur negara. Moratorium penerimaan calon PNS di kementerian, lembaga, atau pemerintah daerah itu berlaku mulai tahun ini hingga beberapa tahun mendatang.
Ia mengatakan, kalaupun masih ada kesempatan menjadi CPNS di bidang tenaga pendidik atau kesehatan, kuota penerimaannya akan sangat terbatas. "Jangan menunggu lamaran menjadi PNS tapi carilah bidang pekerjaan lain," kata Musliar, Minggu (18/12/2011) di Jakarta.
Mantan rektor Universitas Andalas Padang ini mengatakan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki program untuk mengarahkan para lulusan menjadi wirausaha muda mandiri. Profesi wirausahawan ini penting karena mampu membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Profesi ini juga dapat meningkatkan perekonomian sebagai solusi menekan pengangguran.
Melalui Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti), kata Musliar, Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) telah dirintis di beberapa perguruan tinggi negeri. PKM yang selaras dengan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) memfasilitasi mahasiswa yang mempunyai minat dan bakat kewirausahaan untuk memulai berwirausaha dengan basis ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Fasilitas yang diberikan meliputi pendidikan dan pelatihan kewirausahaan magang, penyusunan rencana bisnis, dukungan permodalan, dan pendampingan usaha. Selain itu juga ada modal kerja untuk pendirian usaha maksimal Rp 8 juta per mahasiswa.
"Nanti setelah terjun di dunia kerja, aplikasikan pengetahuan yang berkarakter. Harumkan nama almamater karena mereka berjasa akan kesuksesan," ujarnya.
KOMPAS (Rp.3500)
ini penulisannya lumayan bagus dan bahasanya juga mudah di mengerti terbukti karena hanya sedikit kesalahan pada penulisannya atau pada kalimat diksinya.
Keragaman Bahasa Nusantara Terancam? (pendidikan)
Keberagaman bahasa nusantara yang terbagi atas dua kelompok bahasa besar yakni rumpun Austronesia dan Non-Austronesia semakin terancam punah.
"Tinggal 10 persen saja yang akan bisa bertahan, penyebabnya bahasa-bahasa itu semakin jarang dipergunakan," kata Kepala Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan (PMB) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Drs. Abdul Rachman Patji M.A di Jakarta, Jumat (16/12), seperti dikutip Antara.
Ancaman kepunahan bahasa daerah cenderung terjadi pada rumpun Non-Austronesia, khususnya bahasa-bahasa yang digunakan oleh para penutur yang tinggal di Indonesia bagian timur.
Abdul Rachman Patji menyebutkan, jumlah bahasa daerah yang terancam punah menurut referensi penelitian adalah 169 bahasa etnis.
Ada beragam faktor yang mempengaruhi kepunahan bahasa tersebut sebagaimana diperkuat penelitian lapangan kami pada pertengahan 2011. Faktor itu adalah urbanisasi dan perkawinan antar etnis, ujarnya.
"Urbanisasi berpengaruh karena jika orang dari daerah pindah ke kota besar atau ibukota, maka dalam berinteraksi dengan etnis lain bahasa etnisnya sendiri cenderung ditinggalkan.Mereka akan memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi antar etnik, dan tidak lagi menggunakan bahasa daerahnya masing-masing," ujarnya.
Menurut dia, penyebab utama kepunahan bahasa juga karena para orang tua tidak lagi mengajarkan kepada anak-anaknya dan mereka juga tidak secara aktif menggunakannya di rumah atau dalam berbagai ranah komunikasi.
Sedangkan perkawinan campuran menyebabkan penggunaan bahasa etnis kedua pihak yang menikah ditinggalkan dan sebagai gantinya kedua pihak saling berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan alasan untuk meningkatkan pemahaman.
Di samping hal-hal tersebut, Abdul menuturkan, ada empat sebab lain kepunahan bahasa. Pertama, para penuturnya berpikir tentang dirinya sebagai inferior secara sosial. Kedua, terikat pada masa lalu. Ketiga, sisi tradisional dan keempat karena secara ekonomi kehidupannya stagnan.
Keempat sebab ini disebut oleh sejumlah linguis sebagai proses penelantaran bahasa, imbuhnya.
Secara lebih luas lagi, lanjut dia, faktor-faktor yang mempercepat kepunahan bahasa juga datang dari kebijakan pemerintah, penggunaan bahasa dalam pendidikan dan tekanan bahasa dominan dalam suatu wilayah masyarakat multibahasa yang berdampingan.
WARTA KOTA (Rp.1500)
penulisannya tidak lumayan buruk tp banyak sekali kesalahan diksi yang ada di koran ini
dan memungkinkan pembaca agak bingung dan harus di mengerti 1 atau sampe 2x.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar